Wednesday 10 October 2012


  • Pertama, Pastikan Smadav tidak sedang dijalankan
  • (Cek Tray Icon, jika masih ada logo smadav - klik kanan - EXIT)
  • Lalu hapus file "PIRΔSYS.DLL" yang ada di "C:\Windows\System32\PIRΔSYS.DLL" (Jika sudah tidak ada, next ke step 3)
  • Jalankan 'Registry Editor' (Caranya : Start - RUN - ketik: regedit) (atau tekan tombol logo WINDOWS + R, ketik: regedit)
  • Lalu Menuju ke "HKEY_CURRENT_USER - Software - Microsoft - Notepad"
  • Hapus "lfPitchΔndFamily", "lfPitchΔndFamily2", dan "lfPitchΔndFamily3" (Pokoknya yang ada lfPitchΔndFamily-nya)
  • Tutup Registry Editor
  • Cek dulu Host Filenya, Dengan cara : ke C:\Windows\System32\drivers\etc - Buka file 'hosts' dengan Notepad
  • Jika ada tulisan '# 241.241.241.241 antipiracyworld.com', hapus tulisan itu - Lalu SAVE
Silahkan jalankan SMADAV 8.8 yang terblacklist, nanti kembali HIJAU kembali
Siap di Registrasi dengan Key yang sudah tersedia
Baca juga!

Posted on 07:46 by yusufruli

No comments

Sunday 15 July 2012

1. air putih = susu
2. air bening = air putih
3. air anget = air jahe
4. susu ngantuk = susu bantal
5. nasi perang = nasi goreng
6. nasi pocongkk = lontong
7. sayur campur = sayur asem
8. cacing goring = mie goreng
9. cacing rebus = mie rebus
10. nasi belom mateng = beras
11. Coklat rihana = coklat payung
12. Monyet2 gila = momogi
13. Triplek isi Pasir = Creaker
14. Air dari sungai Nil = Air putih ditulis dengan merek sendiri.
15. makanan bulan = keju/terang bulan
16. kacang ilmuwan = kacang pilus/kacang sukro/kacang atom
17. oli = kopi
18. batu bata italy == tango
19. biskuit 3 rahasia mungkin maksudnya oreo (diputar, dijilat & dicelupin)
20. buah malam minggu= apel
21. makanan pelaut= bayam
22. minuman ngeres= marimas/ kopi / frutang
23. bantal tepung terigu=roti bantal deh kayaknya
24. santan sapi murni=Susu cair putih
25. spongebob coklat lembek= Brownies
26. ikan harta karun= Ikan Mas
27. bakal ayam = telur
28. P3k=oky jell
29. buah ketakutan = buah pear
30. buah washington kayaknya apel merah
31. Minuman kotak sejuta warna >>> teh kotak
32. Kentut Stela >>> qtela
33. Bantal Sobek isi nya Tanah liat = roti sobek isi coklat
34. Guling Sobek rasa darah = roti panjang isi stroberi
35. sayur cina=cap cay
36. buah mandarin=buah naga / jeruk mandarin
37. minuman energi=extra joss
38. ikan masuk angin=ikan kembung
39. tinta merah:sirup merah
40. cokalt balok = chungky bar
41. telur udik cap rt/rw = telor asin, biasa kan ada cap2nya gitu
42. telephone hewan khas china = biskuit hello panda
43. tongkat badai cokelat = twister choco stick
44. buah teh macintosh = fruit tea apel
45. panggangan orang belanda cokelat = klapertart
46. the hijau gembira bunga melati = joy tea
47. pesisir melingkar keju = richeese / rings
48. transjakarta bertenaga macan = biskuat
49. cokelat lebih baik = better
50. cokelat peralatan kucing = kit kat
51. permen pria bertepuk = permen mentos
52. buah harajuku = buah j-rock = buah jeruk
53. lucky stick :tongkat keberuntungan
54. minuman ringan membangkitkan ulama=NU Green Tea
55. biskuit dengan texline"brr..brr..brr " = oreo ungu
56. biskuit super=biskuat
57. bread essence = sari roti
58. Minuman Botol 600ml+ sedotan=Penampung air ukuran 600ml+selangnya
59. susu penurut=susu yes
60. Biskuit lebih baik = Better
61. Alat Terbang harry potter 2011/2012 = sapu (maybe)
62. Snack monyet petualang = Taro
63. Wafer coklat merk oli = TOP
64. Tongkat host happy song = coki-coki
65. Buah dad say yes (bahasa inggris) = PAPAYA
66. rumah iglo=nasi yang dibentuk kayak direstoran
67. telor mata kedip=telor mata sapi
68. sayur kuah 5 warna=sop (berkuah,isinya warna warni kayak wortel kentang dsb)
69. Dewi Sri Berjemur = nasi Goreng
70. Dodol Sapi....=SOZZIS
71. 1+lada=Selada
72. T+Kekebalan = Timun
73. Bilangan '2,3,5' = Aer minum cap Pr*ma
74. Bulan Sabit = Pisang
75. kaka' Amis Trick = Teh Manis
76. Telletubbies mencari keringat = po Cari Sweat
77. Binatang Dua Huruf Kriuk2 = Kerupuk Udang
78. Minuman Dwi panzer = Aer Merk 2tang
79. Buah Upacara = apel
80. kerupuk union = Kerupuk Bawang
81. Minuman Kanibal= Nutri sar*i (jeruk makan jeruk)
82. Stempel AIR = Cap Cay
83. usus Merdeka = Susu Bender*a
84. botol minum team = CLUB
85. pembalut anggrek (makanan) = antara roti orchid n metega merek orchid butter
86. keripik cinta = minori (bentuk kripiknya hati )
87. landak fruit = salak
88. Coklat pintar ya smarties
89. Pulpen biasa2 aja = stand**d
90. Pulpen cepat = fas**r
91. buah nyanyian kedamaian = pisang
92. minuman istri aladin = teh ko**k
93. lengket rapet/jaring spiderman = lem atau lakban
94. pulpen terbang = pilot
95. makanan pelancong = snack Tourist
96. kursi goyang = tulis aj di kertas
97. minuman spiritus = pepsi blue
98. susu macan=milk*at
99. pisang1sisir=pisang ama sisir
100. pulpen gurunya nasi Jepang = picc**o
101. snack anak ayam = ch**i
102. kotak dekat atas = kotak pasta gigi cl**e up
103. botol minum drink together = botol c**a-c**a
104. Mahadewi hangus : nasi goreng atau nasi bakar
105. Cahaya Matahari yang mencair=sunlight
106. BATU BATA BELANDA > Oncom.
107. Air Minum 6T: VIT
108. minuman orng bngsawan = Royal jelly
109. Minuman yg d hormati = susu cap bendera
110. permen penyelamat = permen karet
111. SNACK SEPATU KEKERINGAN=SOES KERING
112. buah ciuman matahari : sunkis
113. sabit merah: semangka
114. Pesawat akhir alphabet: chiki Jet-Z
115. Nasi band – nasi bluben
116. buah raja mesir – pear
117. air lumpur - susu coklat
118. telur gunung berapi - telor balado
119. sayur butek - sayur LODEH
120. sprite tak bersoda - air putih
121. iPod hijau = apel ijo palingan
122. coklat pelit = coklat kecil2 = meses?/ silverqueen
123. coklat marshanda= cha cha
124. Chiki Bohong = Lays
125. roti tukul = roti sobek

Posted on 19:04 by yusufruli

No comments

Tuesday 10 July 2012

Nemu artikel bagus nih tentang agama. Gak ada salahnya saya posting, apalagi sebelum bulan ramadhan ini.

TAKHALLI
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S As Syams (91) : 9-10)
Takhalli adalah mensucikan diri. Dalam hal ini disimbolkan dengan kisah pembedahan hati Nabi oleh Malaikat Jibril dengan air zam-zam. Harap dipahami bahwa pembedahan hati tersebut hanya simbol!. Maksud dari simbol itu adalah untuk menemui Allah harus bersih/suci dari penyakit hati. Artinya adalah manusia harus berusaha mensucikan dirinya. Kenapa? Karena Allah itu Maha Suci. Dia hanya akan menerima hamba-Nya yang suci. Mereka yang belum suci ya belum bisa kembali kepada-Nya. Ini berarti mereka masih
berada di alam surga dan neraka-Nya. Sebagian dari mereka masih melakukan kejahatan. Sebagian dari mereka beribadah karena takut neraka (mental budak) dan sebagian mereka lagi beribadah karena berharap surga (mental pedagang). Jadi masih harus dilatih! Masih harus disempurnakan!
Bertakhalli adalah jihad yang paling besar karena harus mengalahkan diri sendiri. Harus mengendalikan hawa nafsunya sendiri. Sifat-sifat iri, dengki, munafik, tamak, dan perbuatan lain yang merugikan orang haruslah dibuang jauh-jauh. Jelas bahwa musuh terbesar manusia bukanlah siapa-siapamelainkan dirinya sendiri. Ada sebuah ungkapan bijak dari Walt kelly yang mengatakan :
Kita telah menemukan sang musuh, dan ternyata dia adalah diri kita sendiri”. Dalam suatu Hadistnya, Nabi juga mengatakan bahwa orang mukmin yang kuat bukanlah yang kuat fisiknya melainkan yang mampu mengalahkan hawa nafsunya.
TAHALLI
Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Q.S An Nahl(16) : 90)
Tahallli adalah mengisi hidup kita dengan kebajikan atau perbuatan yang baik seperti jujur, kasih sayang, sabar, ikhlas, mudah memberi maaf, menegakan perdamaian dan menebar salam kepada sesama manusia. Nah, sekarang ini sebagian umat Islam memposisikan dirinya ekslusif. Paling benar. Merasa paling masuk surga sendirian sehingga mengharamkan menjawab salam dari umat non muslim.
Padahal fatwa tersebut jelas menyalahi perintah Allah. Bahkan di Al Quran surah An Nisaa (4):94, pada saat berperang orang mukmin itu dilarang mengatakan “kamu bukan mukmin” terhadap orang yang mengucapkan salam. Dalam situasi perang saja kita diperintahkan demikian apalagi dalam situasi damai!. Ayat lain di Al Quran juga memerintahkan hal yang sama :
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah ialah mereka yang berjalan dimuka bumi ini dengan rendah hati. Apabila orang jahil menyapa mereka, maka mereka berkata “Salam” (kata-kata yang baik). (Q.S Al Furqan (25) : 63)
Coba kita baca kembali ayat diatas. Sangat jelas bahwa orang mukmin yang rendah hati pun akan membalas salam bahkan dari orang jahil atau iseng sekalipun. Inilah mukmin yang mampu mengajak orang lain ke sorga dengan menebar salam. Ayat diatas adalah ayat Quran, jadi tidak perlu ditanya lagi keshahihannya. Sayangnya oleh para ulama, ayat diatas dibatalkan oleh Hadist yang melarang menjawab salamnya orang non muslim. Tidaklah mengherankan jika kemudian Islam dipandang sebagian orang non muslim sebagai agama yang tidak bersahabat. Sungguh aneh jika Al Quran dihapus oleh Hadist. Seharusnya kita hanya mengambil Hadist yang tidak bertentangan dengan Quran. Kalau ada Hadist yang bertentangan dengan Quran sebaiknya tidak masuk hitungan meski diriwayatkan oleh perawi yang terkenal sekalipun. Perbuatan dan perkataan Rasul tentu disesuaikan dengan kondisinya pada saat itu. Kita harus melihat kemungkinannya bahwa Hadist itu sifatnya kasus per kasus () dan tidak bisa digeneralisasi untuk semua keadaan. Dalam hal perintah Nabi untuk membunuh cecak misalnya, Hadist ini tidak bisa digeneralisasi bahwa semua cecak harus dibunuh sebab Nabi mengatakan perintah demikian karena pada saat itu Nabi terkena kotoran cecak. Malah dalam Hadist lainnya, Nabi justru
memerintahkan kita untuk tidak membunuh binatang yang tidak mengganggu.
 Begitu juga dengan Hadist yang melarang menjawab salam dari kalangan non muslim harusnya jangan kita telan bulat-bulat. Jadi dalam hal ini kita harus berhati-hati dengan Hadist. Bukan berarti kita ingkar Hadist. Bukan!! Tapi berhati-hati dalam berfatwa menggunakan Hadist. Jangan kita terjebak mengagung-agungkan (taklid) kepada perawinya. Tidak ada jaminan dari Allah atau Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa perawi A atau B adalah perawi yang harus ditaati, dipercaya karena bebas dari kesalahan.

Sejarah Hadist sendiri dimulai pada tahun 100 H dimana Khalifah Umar bin Abdul Aziz mendorong penulisan Hadist. Jika Al Qurannya pada masa itu sudah baku dan hanya ada satu yakni versi Ustman bin Affan -versi lainnya dibakar agar tidak terjadi perbedaan-, tidaklah demikian dengan Hadist. Di masa Umar bin. Abdul Aziz -yang wafat 101 H- riwayat, dongeng, sabda Yesus, dan doktrin di luar Al Quran menjamur dan tak terkontrol sehingga pemalsuan Hadist sulit untuk bisa di edit kembali. Lebih dari 125 tahun kemudian, Bukhari baru muncul di permukaan bumi. Tak alang kepalang jumlah Hadist, lebih dari sejuta Hadist. Bukhari sendiri menyeleksi sekitar
600.000 Hadis. Dan dari yang terseleksi pun banyak yang miring kepada daulat Abbasiyah.
Coba bayangkan, menguji validitas Hadist setelah 200 tahun Nabi wafat, tentunya merupakan pekerjaan yang hampir mustahil dikerjakan manusia. Karena itu, tumbuhlah ilmu-ilmu untuk menyaring Hadist, misalnya uji isnad/rijal, cara periwayatan, dan juga matan. Jika Alquran yang ribuan ayat saja perlu kejelian untuk menjadikannya kitab di masa Umar bin Khatthab, bagaimana membakukan Hadist yang jumlahnya lebih dari sejuta? Secara logis, “Pesan berantai” dari Nabi Muhammad hingga ratusan tahun ke depan tentu akan sulit ditelusuri keasliannya. Tidak heran jika ada kelompok yang saling berbeda pendapat akhirnya saling menuduh bahwa kelompok itu menggunakan Hadist palsu. Pertengkaran dalil seperti ini jelas akan mengorbankan ukhuwah Islam demi ego kelompoknya masing-masing.
 
Setelah pembakuan Hadist secara besar-besaran, terbukti umat Islam malah kian tertinggal dibandingkan umat agama lain karena patokan mereka cukup dengan Hadist saja, bahkan sebagian lagi malah ada yang “menuhankan” Hadist dan melupakan Quran. Dengan demikian, dalam menyikapi Hadist, harusnya kita sangat berhati-hati karena walau bagaimanapun ada Hadist yang sifatnya kasuistis (per kasus) dan ini bisa berbahaya bila digeneralisasi dan dijadikan hukum.
Hanya Al Quranlah yang dijamin keasliannya oleh Allah. Yang terbaik adalah menafsirkan Quran dengan Quran. Boleh saja kita menafsirkan Quran dengan Hadist asal Hadistnya tidak bertentangan dengan Quran. Kalau semua Quran ditafsirkan dengan Hadist ya umat Islam bakalan mandeg. Al Quran akhirnya cuma dikeramatkan. Orang malah lebih sering ngaji Quran ketimbang mengkaji Quran. Umat Islam jadi malas berpikir untuk mengkaji kembali Quran karena merasa sudah cukup ditafsirkan oleh Hadist. Al Quran jadinya
malah tertutup untuk bisa ditafsirkan kembali sesuai perubahan jaman. Jadilah kita umat Islam abad ke-21 dengan produk pemikiran di abad silam. Islam akhirnya tidak bisa menjadi rahmatan lil ‘alamin yang mampu menjadi solusi di segala jaman. Sungguh kita membutuhkan ulama-ulama reformis yang mampu membenahi citra Islam sebagai agama yang terbuka terhadap perkembangan jaman.
 
TAJALLI
 
Maka Kami bukakan tirai yang menutupi engkau, oleh sebab itu pandangan engkau amatlah terangnya. (Q.S. Qaaf (50) : 22)
 
Pada proses takhalli dan tahalli, seseorang berarti telah makrifat kepada Af’al, Asma dan Sifat-Nya. Puncak dari seagala makrifat adalah makrifat Dzat. Inilah yang disebut tajalli. Dalam istilah lain disebut juga Musyahadah atau Mukhasafah. Manusia yang sudah mencapai tajalli berarti ia telah bermikraj.
 
Dalam peristiwa Isra Mikraj, Nabi diceritakan telah sampai ke “Pohon Sidrah” (Pohon Lotus) yang biasa dikenal dengan sebutan Sidratul Muntaha. Dengan Mikraj berarti beliau telah sampai kepada bayt Allah lalu menemui-Nya. Nabi mengatakan : Ra’aitu Robbii fii ahsani su’uura (Aku telah melihat Tuhanku yang seelok-eloknya rupa yang tiada umpamanya). Dengan demikian, tidak ada hijab lagi antara diri dan Tuhannya. Yang ditemui adalah Cahaya diatas cahaya!
Allah adalah cahaya semua langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu bak bintang yang memancarkan sinar gemerlapan yang dinyalakan (dengan minyak) dari pohon yang diberkati –yaitu pohon zaitun yang tidak tumbuh di timur maupun barat. Minyaknya pun bercahaya meski tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya. Allah memberikan cahaya pada orang yang menghendaki cahaya-Nya. (Q.S An Nuur (24):35)
 
Nah, sholatnya orang-orang beriman (makrifat) sangatlah khusyu karena ketika mereka sholat, tidak ada hijab antara ia dan Tuhannya. Nabi bersabda :
Sholat adalah mikrajnya orang-orang yang beriman”. Ya! Hanya orangorang berimanlah yang mengalami Mikraj ketika sholatnya Ini artinya mereka tidak menyembah adam sarpin (kekosongan). Mereka bashar (melihat) Allah ketika sholat dan Allah pun bashar kepada mereka. Sunan Bonang –salah satu walisongo, penyebar agama Islam di nusantara- pernah bertutur, seperti yang tertulis dalam Suluk Wujil sebagai berikut :
Endi ingaran sembah sejati
Aja nembah yen tan katingalan
Temahe kasor kulane
Yen sira nora weruh
Kang sinembah ing dunya iki
Kadi anulup kaga
Punglune den sawur
Manuke mangsa kenaa
Awekasa amangeran adam sarpin
Sembahe siya-siya
Artinya : “manakah yang disebut sholat yang sesungguhnya? Janganlah menyembah bila tidak tahu siapa yang disembah. Akibatnya akan direndahkan martabat hidupmu. Apabila engkau tidak mengetahui siapa yang disembah didunia ini, engkau seperti menyumpit burung. Pelurunya disebar tetapi tak ada satupun yang mengenai burungnya. Akhirnya cuma menyembah adam sarpin, penyembahan yang tiada berguna”
 
Dalam beragama, ada golongan orang ‘alim dan ada golongan orang ‘arif (telah makrifat). Perbedaannya adalah, kalau orang ‘alim mengenal Tuhan hanyalah sebatas percaya saja. Syahdatnya pun hanya diucapkan di bibir. Sedangkan orang ‘arif mengenal Tuhannya adalah melalui (penyaksian). Syahadatnya bukan hanya diucapkan belaka melainkan telah dibuktikannya. Jika seseorang sudah mencapai tahap alim maka seyogyanya ia meningkatkan kualitas dirinya menjadi seorang yang ‘arif. Orang yang telah mengenal Tuhannya akan mampu sholat terus menerus dalam keadaan berdiri, duduk, bahkan tidur nyenyak Intinya adalah segala perbuatannya adalah sholat. Inilah yang disebut “sholat daim”. Aladzina hum ‘ala sholaatihim daa’imuun. Yaitu mereka yang terus menerus melakukan sholat (Q.S Al-Ma’aarij : 70:23)
 
Mereka yang mampu sholat daim adalah mereka yang tidak akan berkeluh kesah dalam hidupnya dan senantiasa mendapat kebaikan sebagaimana disampaikan Q.S 70 : 19-22. Nah, sholat daim ini modelnya seperti apa? Ah.. tentu saja tidak bisa dibeberkan disini karena sholat daim adalah “oleh-oleh” dari hasil pencarian spiritual manusia. Tidak bisa diceritakan ke semua orang kecuali mereka yang telah memiliki kematangan spiritual. Ibarat pelajaran fisika S3, ya tentu tidak bisa diajarkan kepada anak SMP. Harus lulus dulu S2- nya agar menerima ilmu tersebut lebih mudah.
 
Sholat daim adalah sholatnya orang ‘arif yang telah mengenal Allah. Ini adalah sholatnya para Nabi, Rasul, dan orang-orang ‘arif. Ilmu ini memang tidak banyak diketahui orang awam. Lantas bagaimana dengan sholat lima waktu? Nah sholat lima waktu sebenarnya adalah jumlah minimal saja yang harus dikerjakan manusia untuk mengingat Allah. Pada hakekatnya kita malah harus terus menerus untuk mengingat Allah sebagaimana firman-Nya :
Dan ingatlah kepada Allah diwaktu petang dan pagi (Q.S Ar-Ruum (30) : 17)
Dan sebutlah nama Tuhanmu pada pagi dan petang. (Q.S Al-Insaan (76) : 25)
 
Ayat diatas bukan berarti mengingat Allah hanya dua kali saja yaitu waktu pagi dan petang sebab makna ayat diatas justru sehari-semalam! Yakni pagi dimulai dari jam 12 AM-12 PM, sampai dengan petang jam 12 PM-12 AM, begitu seterusnya. Nah, karena tidak semua orang sanggup untuk mengingat Allah dalam sehari-semalam maka sholat lima waktu itu adalah merupakan event khusus untuk mengingat-Nya. Jika orang awam tidak ada perintah sholat lima waktu maka tentu saja Allah akan mudah terlupakan. Kalau Allah
terlupakan maka bumi ini bisa rusak oleh berbagai kejahatan yang dilakukan manusia. Orang awam perlu dilatih disiplin melalui sholat lima waktu ini untuk mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, kontrol diri akan lebih kuat.
 
Namun demikian, janganlah merasa cukup puas hanya dengan sholat lima waktu. Tingkatkanlah agar kita mampu melakukan sholat daim. Mari kita simak kembali ungkapan Sunan Bonang yang tertulis dalam Suluk Wujil :
Utaming sarira puniki
Angawruhana jatining salat
Sembah lawan pujine
Jatining salat iku
Dudu ngisa tuwin magerib
Sembahyang araneka
Wenange puniku
Lamun aranana salat
Pan minangka kekembaning salat daim
Ingaran tata krama
 
Artinya : “Unggulnya diri itu mengetahui hakekat sholat, sembah dan pujian. Sholat yang sebenarnya bukan mengerjakan isya atau magrib. Itu namanya sembahyang, apabila disebut sholat maka itu hanya hiasan dari sholat daim. Hanyalah tata krama”
Dari ajaran Sunan Bonang diatas, maka kita bisa memahami bahwa sholat lima waktu adalah sholat hiasan dari sholat daim. Sholat lima waktu ganjarannya adalah masuk surga dan terhindar neraka. Tentu yang mendapat surga pun adalah mereka yang mampu menegakan sholat yaitu dengan sholat tersebut, ia mampu mencegah dirinya dari berbuat keji dan mungkar.
Sayangnya, saat ini banyak orang yang hanya meributkan sholat fisiknya saja dan melupakan hakekat sholat itu sendiri. Seringkali jika terdapat perbedaan pada gerakan ataupun bacaan sholat, mereka saling ribut mengatakan sholatnya paling benar dengan menyebut sejumlah Hadist yang diyakininya benar.
Harap diingat! Perbedaan gerak maupun bacaan adalah hal yang wajar karena Nabi sendiri tidak mengajarkan sholat secara khusus melainkan hanyamengatakan “Sholatlah sebagaimana aku sholat”. Nah karena banyak orang yang menyaksikan sholatnya Nabi, maka penglihatan masing-masing orang bisa berbeda sehingga tidaklah aneh jika ada perbedaan dikemudian hari.
Mengapa Nabi tidak mengajarkan sholat secara khusus? karena gerakan sholat yang dicontohkan Nabi sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Arab. Gerakan sholat yang dicontoh Nabi berasal dari agama Kristen Ortodoks Syiria yang telah muncul satu abad sebelum Nabi lahir. Ritual sholat mereka dikerjakan dalam tujuh waktu. Gerakannya ada berdiri, ruku dan sujudnya mirip sekali dengan sholat lima waktu umat Islam. Cara sholat umat Kristen Ortodoks Syiria sampai hari ini pun masih bisa kita saksikan. Bagi umat Islam yang tidak mengerti sejarah, pasti akan sewot dan mengatakan mereka telah mencontek sholatnya orang Islam atau menuduh mereka melakukan kristenisasi gaya baru. Padahal, justru kitalah yang mengadopsi sholat dari mereka.
Dengan demikian, Nabi ternyata tidak membawa syariat baru. Nabi hanya memodifikasi berbagai syariat yang telah ada sebelumnya. Contoh lainnya adalah Ibadah Haji dan Umroh. Ibadah ini sudah menjadi kelaziman pada jaman pra Islam. Hampir seluruh ritualnya sama dengan yang dilakukan umat Islam pada saat sekarang, yakni memakai pakaian ihram, wukuf, melempar jumrah, sa’i dll. Nabi hanya mewarisi saja dengan menyingkirkan ibadah ini dari kesyirikan dan diganti dengan kalimah thoyibah.
Begitu juga dengan
pengagungan bulan Ramadhan, perkumpulan di hari jum’at, telah ada sebelumnya pada jaman pra Islam. Aturan pra Islam lainnya yang diadopsi dari tradisi hanifiyyah antara lain : pengharaman minum arak, riba, zina, memakan babi, kemudian ada juga pemotongan hukum tangan pelaku pencuri dlsb. Dengan demikian, Nabi hanya melakukan modifikasi saja pada beberapa syariat dan aturan. Termasuk dalam hal poligami yang tadinya dilakukan orang Arab pra Islam tanpa batas kemudian oleh Nabi dibatas menjadi empat
istri sesuai perintah dari Allah.
 
Nah, fakta-fakta diatas dapat Anda baca secara lebih luas melalui buku-buku yang mengulas sejarah dan peradaban pra Islam, misalnya karangan Khalil Abdul Karim dengan judulnya Al-Judzurat at-Tarikhiyyah la asy-syariah al Islamiyyah. Nah, pertanyaannya sekarang adalah, mengapa Nabi tidak membawa syariat yang sama sekali baru? Jawabannya mudah saja, karena jika membawa syariat baru maka hampir bisa dipastikan dakwah Nabi gagal. Sama halnya jika Nabi mengenalkan kesenian wayang di tanah Arab tentulah akan gagal karena ketidakcocokan budaya. Meski Islam itu untuk seluruh umat manusia, namun dalam konteks mengenalkan agama tersebut haruslah tetap mengacu dan berkompromi pada ritual dan budaya lokal Arab agar tetap bisa diterima masyarakat pada saat itu. Perhatikan firman Allah berikut ini :
Dan jikalau Kami jadikan Al Quraan itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat ayatnya?” Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? (Q.S Fushishilat (41) : 44)
Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. (Q.S Ibrahim (14) : 4)
Kalau Nabi membawa syariat baru maka sudah pasti akan ditolak oleh orang Arab karena syariat itu akan menjadi sangat asing bagi mereka. Coba kita ingat kembali misi utama Nabi yaitu memperbaiki ahlak dan mengajarkan tauhid. Bayangkan jika Nabi harus mengenalkan syariat baru, maka tentunya dakwah Nabi malah akan dipenuhi oleh pengajaran ritual-ritual ibadah yang baru. Bisa jadi nantinya fokus pada pembinaan ahlak akan terbengkalai karena umat lebih sibuk belajar ibadah ritual tanpa memahami hakekat ritual itu sendiri. Padahal semua ritual tersebut, tujuannya adalah untuk membentuk ahlak yang baik.
Hal yang sama juga telah dilakukan oleh para wali songo. Contohnya Sunan Kudus membuat Masjid dengan atapnya sama seperti pura (rumah ibadah umat Hindu). Syekh Siti Jenar tidak mengajarkan “sholat ala Arab” kepada orang jawa. Sujud bagi orang Arab adalah penghormatan yang tertinggi, sedangkan bagi orang jawa, penghormatan tertinggi adalah duduk dengan tangan ditangkupkan diatas kepala. Wali lain seperti Sunan Kalijaga juga mengenalkan Islam melalui sekatenan, muludan, selametan, wayang dll.
Sampai saat ini, kita masih mendapati Islam jawa yang diajarkan oleh Siti Jenar dan Sunan Kalijaga yang kemudian lebih dikenal dengan nama Islam abangan atau kejawen. Dengan demikian, para wali ini sebenarnya telah mengikuti sunnah Nabi yakni tidak merubah kebiasaan masyarakat setempat melainkan memodifikasi sedemikian rupa agar dakwahnya bisa diterima. Bagi para wali, yang terpenting dari ibadah itu adalah tujuannya sedangkan “wadahnya” bisa fleksibel sesuai dengan tradisi setempat.
Sekarang, sudah saatnya bagi kita tidak lagi perang syariat antar aliran agama. Yang terpenting dari syariat adalah isinya bukan kulitnya!. Syariat tanpa hakekat adalah sia-sia. Hakekat tanpa syariat? Nah ini yang sebenarnya tidak ada!, orang yang sudah mencapai hakekat, sudah pasti syariatnya ikut meski penerapannya berbeda antar tiap kelompok, aliran dan agama. Adanya perbedaan haruslah dihargai, bukan diperangi! Sebab cuma Allah-lah yang mengetahui sesat atau tidaknya seseorang (Q.S 53 : 32, 6 : 117).
Kita harus mampu melampaui batasan yang sifatnya lahiriah. Jangan melulu meributkan ritual fisik sholat! Tapi lihatlah tujuan dari sholat itu sendiri. Jangan pula hanya berhenti pada tataran sholat lima waktu saja. Sholat yang sejati adalah sholat yang terus menerus selama 24 jam (sholat daim) karena sholat inilah yang mampu melampui alam surga sehingga dapat kembali kepada-Nya. Disanalah nanti orang-orang ‘arif akan mendapatkan kebahagiaan yang kekal, manunggal bersama-Nya!
Bagi mereka yang ingin mendalami sholat daim maka silahkan mencari ulama tauhid (guru mursyid). Ulama ini cukup banyak hanya saja mereka tidak muncul ke permukaan. Mereka hanya mau mengajari orang-orang yang mau mencapai maqam makrifat saja. Sama halnya Nabi Muhammad pun hanya mengajari orang-orang tertentu saja misalnya para sahabat seperti Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar dll. Nah karena tidak mengajarkan secara terang-terangan inilah maka kemudian sebagian umat Islam menghakimi bahwa tasawuf yang bermunculan adalah sesat. Padahal ajaran tasawuf yang bermunculan semuanya bermuara ke para sahabat Nabi seperti Ali, Abu Bakar dll. Bahkan ada kelompok tasawuf yang mewajibkan murid-muridnya harus hafal silsilah dari guru mursyidnya hingga ke Rasulullah. Ini menandakan bahwa Rasulullah memang mengajarkan tasawuf atau cara mencapai makrifat kepada sahabatnya 
lalu diwariskan kembali oleh sahabat tersebut kepada generasi selanjutnya. Para imam mazhab sendiri mengakui tasawuf sebagai ajaran yang sangat penting. Imam Syafi’i Ra mengatakan : “Aku diberi rasa cinta melebihi dunia kalian semua. Meninggalkan hal-hal yang memaksa, bergaul dengan sesama penuh kelembutan dan mengikuti ahli tasawuf”.
Imam Ahmad bin Hambal Ra sebelum bertasawuf mengatakan “Hai anakku, hendaknya engkau berpijak kepada Hadist. Kamu harus berhati-hati bersama orang yang menamakan dirinya kaum sufi. Karena kadang diantara mereka sangat bodoh dengan agama”. Kemudian setelah berguru tasawuf kepada Abu Hamzah Al Baghdady, beliau meralat ucapannya : “Hai anakku, hendaknya engkau bermajlis kepada para sufi karena mereka bisa memberikan tambahan bekal kepada kita melalui ilmu yang banyak, muroqobah, rasa takut kepada Allah, zuhud dan himmah yang luhur. Aku tidak pernah melihat suatu kaum yang lebih utama ketimbang kaum sufi”.
Jadi, cara, usaha atau wasilah apapun sepanjang itu bisa mendekatkan diri kepada Allah tidaklah dilarang. Malah di Al Quran, kita dianjurkan mencari jalan yang mampu mendekatkan diri kepada-Nya :
Hai, orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan bersungguh-sungguh lah pada jalan- Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (Q.S Al Maaidah (5) : 35)
Belajar tasawuf dengan berguru kepada ulama tauhid merupakan usaha atau jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Mengapa berguru itu penting? Keutamaan seorang guru mursyid adalah mampu membimbing kita lebih terarah ketimbang kita melakukan pencarian seorang diri. Dari sisi efisiensi waktu, jelas belajar kepada seorang guru akan lebih cepat ketimbang belajar tanpa guru. Meski demikian guru mursyid hendaknya tidak dikultuskan sedemikian rupa. Kita menimba pelajaran dari beliau dan kita sendirilah yang
akan menjalankannya. Kita tetap menjaga hubungan yang baik dengan dengan guru mursyid sebagai sesama orang yang beriman.
Diluar sana, banyak juga orang yang melakukan perjalanan spiritual seorang diri. Tentunya ia akan membutuhkan waktu yang panjang dan hasilnya pun belum pasti bahkan bisa terperosok kepada jalan yang keliru. Imam Ghozali adalah salah seorang filsuf yang melakukan perjalanan panjang (salik) dalam menemui Tuhannya. Ia bahkan harus mengasingkan diri dari keramaian orang banyak (uzlah) agar tidak terganggu tirakatnya.
Tentu hidup di jaman sekarang sangat sulit mengasingkan diri dari keramaian orang. Uzlah yang harus dilakukan manusia modern hendaknya tidak harus menyendiri dari keramaian dan tidak harus melepas tanggung jawab dunia dengan meninggalkan anak, istri. Seorang sufi bernama Abu Said Al Khudri bahkan mengatakan :
Manusia sempurna adalah orang yang duduk diantara semua mahluk, berdagang bersama mereka, menikah serta bercampur dengan sesama manusia. Namun mereka tidak lengah sedetikpun dari mengingat Allah”.
Dengan uraian diatas, jelaslah bahwa usaha untuk menemui Allah tidak mesti harus memutus hubungan bermasyarakat. Allah bisa ditemui siapapun, ditempat apapun. Untuk menemui Allah ternyata ada jalan terpendek (mazhud) yakni dengan mendapat bimbingan dari guru mursyid. Rasullullah sendiri telah mencontohkan dalam hal menemui Allah yaitu dengan mikraj yang dilakukan cukup semalaman saja. Bandingkan dengan Sidharta Gautama yang membutuhkan waktu 6 tahun untuk mencapai mikraj. Guru mursyid inilah yang mampu mengajarkan mikraj dengan cepat sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad. Carilah guru mursyid yang mampu memberikan jalan tercepat dan paling efektif dalam usaha menemui-Nya sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Quran :
Aku dapat membawa singgasana-Nya dalam sekejab mata (Q.S An Naml (27) : 40)
Jalan pendek ini pun akhirnya diakui jauh lebih efektif oleh Imam Ghozali dalam bukunya yang berjudul “misykat cahaya”. Sebab Allah selalu memberi kemudahan kepada umat-Nya khususnya bagi mereka yang memiliki keinginan kuat untuk menemui-Nya. Nabi Muhammad, dalam Hadistnya mengatakan :
“Barang siapa ingin menjumpai Allah, maka Allah pun ingin menjumpainya”
“Barang siapa yang tidak ingin menjumpai Allah, maka Allah pun tidak ada
keinginan untuk menjumpainya”

berjalan kamu menuju Allah, maka berlari Allah menghampirimu. Sejengkal 
kamu mendatangi Allah, maka sedepa Allah mendatangimu”.

Posted on 06:21 by yusufruli

No comments

Friday 29 June 2012

Java merupakan bahasa pemrograman pertama yang tidak terikat pada sistem operasi tertentu. Aplikasi yang ditulis dalam bahasa Java akan dapat dijalankan di mana saja. hal ini telah menghilangkan masalah yang selama ini membuat sakit kepala bagi para pengguna komputer, dikarenakan ketidakcocokan antara sistem operasi, versi, dalam aplikasi dan sistem operasi.  

Pada awalnya, SUN Microsystem yang merupakan rumah dari Java, pada prinsipnya bergerak dibidang pengembangan bahasa yang digunakan dalam perangkat elektronik, pada tahun 1990. Namun, setiap produk memerlukan bahasanya sendiri. Dengan kata lain, untuk mengendalikan tiga perangkat, konsumen harus memiliki tiga remote kontrol dan memahami cara penggunaan untuk tiga perangkat itu. Hal ini menjadi tantangan bagi SUN microsystem untuk menjadikannya lebih maju yang merupakan latar belakang sebuah proyek baru yang bernama Java.  

Akhirnya pada musim semi di tahun 1992, terciptalah interaktif handheld tanpa tombol, tanpa keyboard, yang memiliki layar LCD seluas 5inc dan dikendalikan dengan sentuhan tangan. Gadget ini dinamakan Star7 (*7) dengan kemampuan sebagai remote conrtol, audio player, radio, TV guide dan berbagai hiburan lain. Produk ini dibuat menggunakan bahasa pemograman yang mereka namakan dengan OAK, dikarenakan di depan jendela mereka bekerja terdapat pohon OAK yang besar. Akan tetapi, produk ini tidak berkembang, dikarenakan chips yang digunakan sangat mahal untuk dibuat dan ini sangat berpengaruh pada biaya produksi.   

Betatapun bagusnya produk ini, Green team telah gagal dalam misinya karena mungkin produk tersebut tidak dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Walaupun begitu, Bill Joy seorang pendiri SUN melihat adanya kesempatan bagi Bahasa OAK untuk digunakan dalam penggunaan WEB agar lebih menjadi interaktif dan menarik. Dengan itu maka dibentuklah team dengan nama "The Live Oak" dan lahirlah dengan apa yang nantinya kita kenal dengan sebutan Java Applet.  Ketika nama OAK ingin dipatenkan, ternyata nama itu telah digunakan oleh produk lain (OAK Technology). Maka Pada bulan Januari di tahun 1995 nama oak resmi diganti menjadi Java.  

Kenapa bahasa ini dinamakan Java? Apa hubungannya dengan sebuah pulau di Indonesia yang bernama Jawa? Sehubungan dengan ini banyak rumor yang beredar di internet. diantaranya: Suatu saat James sedang bersantai di sebuah kedai kopi dan nama Java terlintas di fikirannya. Nama Java diambil dari beberapa orang yang berada dalam project itu: James gosling, Arthur Van hoff, Andy bechtolsheim. Namun bagaimanapun juga nama Java adalah tidak sama sekali menyangkut tentang Pulau Jawa nya Indonesia.   

Cerita yang benar atas Penamaan Java.  
Setelah diberitahu oleh pengacara bahwa nama OAK telah dipakai oleh produk lain, maka diadakan rapat untuk menentukan nama apa yang layak dipakai. Bahasa ini sangan unik, dinamis, mengasikan, revolusioner dan memiliki proses yang sangat cepat, lalu mereka bertanya-tanya nama apa yang pantas digunakan yang mencakup esensi dari berbagai kata tersebut. Salah seorang dari mereka lalu teriak "its Java". Java dalam bahasa inggris bukan hanya berarti sebagai kopi, tetapi Java memiliki makna seperti Kedai Kopi memiliki banyak jenis kopi dan semuanya nya enak. Sama seperti bahasa Java yang memiliki banyak rasa yang kesemua rasanya dapat diungkapkan dengan kata 'JAVA'

Posted on 13:21 by yusufruli

No comments

Wednesday 27 June 2012

1) Pesanlah tiket enam pekan sebelum berangkat. Calon penumpang akan mendapat tarif termurah, sekitar 6 persen di bawah tarif rata-rata, jika memesan enam pekan sebelum jadwal terbang, menurut penelitian Airline Reporting Corporation (ARC). Data dari seluruh agen perjalanan di AS pada empat tahun terakhir menunjukkan, banyak orang memesan tiket dengan tarif termurah pada 42 hari sebelum terbang. Tetapi aturan enam pekan tersebut tidak mutlak unutk mendapat tarif termurah. "Itu hanya tren," jelas Chuck Thackston, direktur manajer ARC untuk data dan analisis. “Tetapi, rata-rata, kami lihat pendekatan 42 hari sebelumnya ini berhasil." 

 2) Carilah penerbangan pagi Maskapai penerbangan hanya memberikan sedikit jatah kursi yang didiskon pada malam hari, jadi Thackston menyarankan untuk memesannya pada pagi buta. "Kalau pesan siang hari, kemungkinan kehabisan," katanya. 

 3) Waktu terbaik untuk membeli tiket: Selasa pukul 15.00 Jika Anda tidak menemukan tiket yang didiskon pada pagi hari, sebuah penelitian oleh Farecompare.com mengatakan bahwa waktu terbaik untuk membeli tiket pesawat untuk perjalanan (domestik) adalah pada Selasa pukul 15.00. Namun, George Hobia, pendiri AirfareWatchdog.com, berargumen bahwa waktu penawaran terbaik sering berubah-ubah, jadi tidak ada hari dan waktu yang spesifik untuk membeli. 

 4) Hari termurah untuk terbang: Rabu Menurut penelitian Farecompare.com baru-baru ini, hari termurah untuk terbang adalah Rabu, untuk perjalanan domestik. "Hari dengan kursi terbanyak mengindikasikan suplai yang lebih baik, lalu.... lebih banyak kursi kosong yang membutuhkan potongan harga supaya bisa terjual banyak," menurut website tersebut. Hari termurah lainnya untuk terbang adalah Selasa dan Sabtu, jelas Farecompare (Jumat dan Minggu adalah hari termahal untuk terbang). 

 5) Ambil penerbangan pertama Penerbangan paling murah adalah penerbangan pertama di pagi hari. "Ya, berarti Anda harus bangun pada jam 4 pagi," kata Rick Seaney, kepala eksekutif Farecompare.com. Penerbangan termurah selanjutnya adalah pada saat setelah makan siang dan pada saat jam makan malam. "Tentu saja, waktu termurah untuk terbang adalah penerbangan terbatas ketika mata Anda merah (masih mengantuk)," katanya. 

 6) Periksa sendiri maskapai termurah Website pembanding harga seperti Kayak.com tidak mutlak menyelesaikan tugas Anda. Beberapa maskapai bertarif murah, seperti Southwest di AS dan Ryanair di Eropa, tidak membolehkan tiket mereka dibandingkan di website pembanding harga, kata Seaney. Jadi silakan Anda memeriksanya sendiri. Dan periksa lebih teliti untuk memastikan bahwa maskapai "bertarif murah" tersebut tidak membebankan biaya ekstra yang jatuhnya akan lebih mahal, seperti biaya barang bawaan ekstra. Menurut Seaney, ini taktik yang digunakan beberapa maskapai bertarif murah. 

 7) Manfaatkan AirfareWatchdog.com AirfareWatchdog.com akan mengirimkan pemberitahuan ketika harga tiket jatuh. "Kami hanya mengirim update ketika kami rasa kami berhasil mendapat penawaran terbaik, namun website lain mungkin akan memberitahu Anda ketika tiket pesawat turun 2 dollar," kata George Hobia.  

8) Bangun jaringan dengan maskapai Jika Anda adalah anggota VIP dari program pelanggan dari maskapai atau jika Anda memiliki kartu kredit yang bekerja sama dengan maskapai tersebut, secara otomatis Anda lebih unggul dari calon pembeli lain. "Semakin maskapai mengenal Anda, semakin besar potongan harga yang akan Anda terima," jelas Barncatelli. Kartu kredit yang bekerja sama dengan maskapai menawarkan tawaran yang lebih, seperti bagasi gratis, menjadi prioritas untuk berangkat dan dalam pemilihan kursi, jadi mungkin akan sangat berguna untuk mendaftar jika Anda sering bepergian dengan satu maskapai tertentu.


Sumber: Yahoo Indonesia TRavel

Posted on 10:29 by yusufruli

No comments

Saturday 23 June 2012

Angka 7 Menurut Beberapa Negara dan Agama

Di China

Kembali ke angka 7, menurut cerita angka 7 telah mempesona sejak jaman dahulu kala. Di China angka 7 dihubungkan dengan kehidupan gadis, dimana gadis mempunyai gigi susu pada usia 7 bulan dan tanggal pada usia 7 tahun, dalam 2 x 7 tahun "roda yin" membuka ketika ia mencapai masa puber, dan pada 7 x 7 = 49 datanglah masa monopause.

Di Amerika Kuno

Kesakralan angka 7 tidak ditemui di Amerika pra-Columbian dimana bangsa Maya percaya bahwa pada 7 lapis langit dan menganggap 7 sebagai angka penjuru mata angin.

Di Agama Yahudi

Dalam agama Yahudi (agama sebelum nabi Ibrahim. AS, atau agama pada jaman sebelum Masehi) hari ke 7 menjadi hari libur suci, sehinga di sakralkan, pada hari ke 7 itu larangan bekerja di ubah menjadi perintah. Dalam kitab perjanjian lama penuh angka 7. Pada generasi ke 7 setelah Adam hiduplah Lamech (silsilah dari Adam ) selama 777 tahun dan harus membayar balas dendam selama 777 tahun (Kejadian : 4.24). Tujuh tahun langkah menuju kuil sulaiman berhubungan dengan 7 cerita tentang kuil kuil Babilonia. Lalu Merpati Nuh menghilang selama 7 hari, dan tanda tanda datangnya muncul selama 7 hari, sungai Eufrat terbagi menjadi 7 aliran.

Di Agama Kristiani

Pada abad ke -14, sejarawan Mesir al-Maqrizi mengatakan bahwa orang orang kristen di Mesir (Koptik) merayakan 7 pesta besar dan 7 pesta kecil di gereja mereka. Dimana pesta yang dilangsungkan adalah 7 untuk pesta kebahagiaan dan 7 untuk pesta kesedihan Ibu Maria yang selaras dengan irama heptadik. Oleh karena itu dalam musik renaisans terdapat sejumlah lagu dengan 7 suara, yang biasanya dipersembahkan kepada Perawan Maria, dan ada 7 karunia Roh Kudus.

Di India

Angka 7 juga banyak di jumpai di India, menurut cerita, angka 7 adalah angka penting terpenting di Weda selain angka 3. Angka 7 secara khusus berkaitan dengan Agni, dewa Api yang memiliki 7 istri, ibu atau adik serta 7 api, balok atau lidah, dan lagu lagu yang diperuntukkan baginya berjumlah 7. Dalam kepercayaan merea dewa matahari mempunyai 7 kuda penarik keretanya di langit.

Di Agama Budha

Dalam Budha (sidharta Gautama) yang baru lahir diyakini oleh pengikutnya, ketika lahir langsung menapak 7 langkah. Ia mencari keselamatan selama 7 tahun dan mengitari pohon bodhi selama 7 kali sebelum duduk bermeditasi dibawahnya. Masih menurut cerita, bahwa Syurga Budha mempunyai 7 teras, 7 karya keagamaan akan membawa manfaat bagi orang orang yang mempercayai kehidupan ini.

Di Ilmu Pengetahuan

Dalam Ilmu pengetahuan, angka 7 adalah dasar dari akumulasi angka yang tak terhitung jumlahnya, mulai dari 7 atom, 7 partikel terkecil dan seterusnya.

Di Agama Islam

Dalam islam, yang menarik dan untuk dicatat adalah, bahwa surah pertama dalam Al-Qur'an, Al-Fatihah mempunyai 7 ayat. Kalimah Syahadat dalam Laa Ilaaha ilaa Allaah, Muhammad rasul Allah terdiri dari 7 kata. Menurut Al-Qur'an Tuhan menciptakan langit dan bumi menjadi 7 lapis. Lalu Thawaf mengelilingi Ka'bah di Mekkah dilakukan sebanyak 7 kali, demikian juga dengan lari lari kecil (Sa'i) antara Shafa dan Marwah. Pada akhir haji, dekat Mina, syetan di lepar dalam 3 kali masing masing dengan 7 buah kerikil kecil yang lazim disebut (melempar jumroh).
Angka 7 juga disukai oleh kaum Sufi. Tasawuf memperbincangkan 7 Lathaaif, atau titik titik subtil pada tubuh tempat kaum Sufi memusatkan kekuatan spiritualnya.

Di Masarakat Jawa

Dalam tradisi Jawa, ada moment tertentu yang berhubungan dengan angka 7. Sebagai contoh ketika orang hamil sudah usia 7 bulan, maka diadakan selamatan dengan istilah yang disebut "Tingkepan". Lalu pada bayi yang telah berusia 7 bulan, maka ada prosesi yang dinamakan turun tanah. Persyaratan Upacara adat tertentu harus menggunakan kembang 7 rupa, mandi 7 sumur, Pesta kadang – kadang diadakan 7 hari 7 malam.. Juga tentang mitos kekayaan yang smapai 7 turunan... ( keturunan ke 8 jadi gembel… ^ _ ^ )

Benua ada 7 Allah menurunkan malaikat untuk membunuh pasukan gajah 70000 malaikat Allah menghias manusia dengan tujuh anggota badan, yaitu dua tangan, dua kaki, dua lutut, dan satu wajah. Kemudian Allah menghiasinya, dengan tujuh peribadatan, yaitu : dua tangan dengan doa, dua kaki dengan berkhidmat, dua lutut dengan duduk, dan wajah (muka) dengan sujud. 7 lapis langitrakaat shalat 17 Pintu surga dan neraka 7 Keajaiban dunia ada 727 pahala shalat berjamaah 7 lubang dalam tubuh kita1 minggu 7 hariAllah menghiasi Al-Qur'an (Kitab suci umat Islam) dengan Tujuh surat panjang, Yaitu Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Maaidah, An-Nissa', Al 'Araaf, Al An'aam dan Al-Anfaal atau At-Taubah. Kemudian Allah menghiasinya pula dengan Tujuh ayat Ummul kitab (Al-Fatihah/Pembuka kitab). Sebagaimana Firman Allah dalam Surat AL Hijr ayat 87, "Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung."Allah menghias umur manusia dengan tujuh tingkatan / tahapan. Pada masa baru lahir dinamakan tahapan rodhi' (Menyusu), kemudian tahap fa thim (disapih), tahapan Shobiyyi (bayi), tahapan ghulam (masa kanak-kanak), kemudian tahapan syaab (pemuda/remaja), kemudian tahapan kuhul (yakni menginjak usia antara 30-50 tahun), dan menginjak tahapan Syaikh (masa tua).

Demikianlah Tuhan Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Berkehendak telah menciptakan alam semsta dengan penuh misteri,
Seperti misteri nya angka 7.

7 pertumbuhan manusia dalam rahim:
1. Rambut
2. Kulit
3. Daging
4. Otot
5. Tulang
6. Sumsum
7. Darah

Semoga menjadi bermakna.
SALAM DAHSYAT!!!

Posted on 20:43 by yusufruli

No comments

Friday 22 June 2012




Ingin uang jutaan rupiah dengan modal Facebook? Ikuti kontes status FB yang diadakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Pontianak berikut. Seperti apa?
       Dalam rangka sosialisasi dan Pemilihan Umum Kepada Daerah (Pilkada) Kalimantan Barat 2012, KPU Kota Pontianak menggelar lomba status Facebook.
     KPU Kota Pontianak menilai media sosial tumbuh subur dan berkembang dan memiliki manfaat yang sangat signifikan. Dan ini sangat bermanfaat bagi komunikasi.
“Facebook, Twitter, dan Youtube adalah tiga poros yang mengubah banyak model komunikasi sekaligus mengubah kehidupan,” ujar Viryan Azis, Ketua KPU Kota Pontianak, seperti dikutip dari gatra, Jumat (22/06/12).
Viryan Azis menambahkan, hanya dengan menggunakan perangkat telepon genggam maka setiap orang bisa dan mampu memaksimalkan komunikasi dengan tiga poros utama tersebut.
“Setiap orang bisa menjadi pewarta tanpa takut harus disensor serta mengespresikan dirinya sendiri meski tidak memiliki keahlian jurnalistik,” tambah Viryan Azis.
            Lantas bagaimanakan konsep dari Lomba Status Facebook Sosialisasi Pemilukada Kalbar 2012? Secara singkat lomba tersebut memanfaatkan status FB sebagai media sosialisasi pilkada.
Tema utama lomba ini adalah Menuju Pemilukada Kalbar 2012 Yang Berkualitas. Dan kontestan bisa menggunakan akun Facebook-nya masing-masing dalam keikutsertaan mereka dalam lomba ini.
Nantinya, tiga pemenang yang beruntung akan mendapatkan hadiah utama masing-masing Rp 1.000.000. Lomba ini dimulai sejak 17 Juni hingga 17 Juli 2012.
Untuk informasi lebih lengkap tentang tata cara pendaftaran dan sistematika perlombaaan, sila kunjungi laman Facebook KPU Kota Pontianak di tautan berikut.

sumber : sidomi.com

Posted on 19:29 by yusufruli

1 comment

Wednesday 20 June 2012

PRAKTIKUM 1

#include <windows.h>
#include <stdio.h>
#include <stdlib.h>
#include <string.h>
#include <stdarg.h>
#include <glut.h>

void mydisplay(){
glClear (GL_COLOR_BUFFER_BIT);
glBegin (GL_POLYGON);
glVertex2f(0, 0);
glVertex2f(0.5, 0.5);
glVertex2f(0, 1);
glVertex2f(-0.5, 0.5);
glVertex2f(0, 0);

glVertex2f(0.5, -0.5);
glVertex2f(0, -1);
glVertex2f(-0.5, -0.5);
glVertex2f(0, 0);

glEnd();
glFlush();
}
int main (int argc, char** argv)
{
printf ("contoh sederhana kotak");
glutCreateWindow("Praktikum 1");
glutDisplayFunc (mydisplay);
glutMainLoop();}







PRAKTIKUM 2

#include <windows.h>
#include <stdio.h>
#include <stdlib.h>
#include <string.h>
#include <stdarg.h>
#include <GL/glut.h>

#define drawOneLine(x1,y1,x2,y2) glBegin(GL_LINES);
glVertex2f ((x1),(y1)); glVertex2f ((x2),(y2)); glEnd();

using namespace std;

void init(void)
{
       glClearColor(0.0, 0.0, 0.0, 0.0);
       glShadeModel(GL_FLAT);
}

void display(void)
{
       int i;
       glClear (GL_COLOR_BUFFER_BIT);
       glColor3f (1.0, 1.0, 1.0);
       glEnable (GL_LINE_STIPPLE);
       glLineStipple (1, 0x0101);
       drawOneLine (50.0, 125.0, 150.0, 125.0);
       glLineStipple (1, 0x00FF);
       drawOneLine (150.0, 125.0, 250.0, 125.0);
       glLineStipple (1, 0x1C47);
       drawOneLine (250.0, 125.0, 350.0, 125.0);

       glLineWidth(5.0);
       glLineStipple(1, 0x0101);
       drawOneLine(50.0, 100.0, 150.0, 100.0);
       glLineStipple(1, 0x00FF);
       drawOneLine(150.0, 100.0, 250.0, 100.0);
       glLineStipple(1, 0x1C47);
       drawOneLine(250.0, 100.0, 350.0, 100.0);
       glLineWidth(1.0);
/*
       glLineWidth(1.0);
       glLineStipple (1, 0x0101);
       drawOneLine (48.0, 48.0, 50.0, 125.0);
       glLineWidth(1.0);
       glLineStipple (1, 0x0101);
       drawOneLine (248.0, 248.0, 50.0, 50.0);
*/
       glLineStipple(1, 0x0101);
       glBegin(GL_LINE_STRIP);
       for(i=0;i<7;i++)
       glVertex2f(50.0 + ((GLfloat) i * 50.0), 75.0);
       glEnd();

       for (i=0;i<6;i++) {
              drawOneLine(50.0 + ((GLfloat) i * 50.0),

50.0, 50.0 + ((GLfloat) (i+1) * 50.0), 50.0);
       }

       glLineStipple(5, 0x1C47);
       drawOneLine(50.0, 25.0, 350.0, 25.0);
       glDisable(GL_LINE_STIPPLE);
       glFlush();
}

void reshape (int w, int h)
{
       glViewport(0, 0, (GLsizei) w, (GLsizei) h);
       glMatrixMode(GL_PROJECTION);
       glLoadIdentity();
       gluOrtho2D(0.0, (GLdouble) w, 0.0, (GLdouble) h);
}

int main(intargc, char** argv)
{
       glutInit(&argc,argv);
       glutInitDisplayMode(GLUT_SINGLE |GLUT_RGB);
       glutInitWindowSize(400,150);
       glutInitWindowPosition(100,100);
       glutCreateWindow(argv[0]);
       init();
       glutDisplayFunc(display);
       glutReshapeFunc(reshape);
       glutMainLoop();
    system("PAUSE");
    return EXIT_SUCCESS;
}






PRAKTIKUM 3

#include<windows.h>
#include<stdio.h>
#include<stdlib.h>
#include<string.h>
#include<stdarg.h>
#include<glut.h>

void display(void)
{
GLubyte fly[] = {
0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00,
0x03, 0x80, 0x01, 0xC0, 0x06, 0xC0, 0x03, 0x60,
0x04, 0x60, 0x06, 0x20, 0x04, 0x30, 0x0C, 0x20,
0x04, 0x18, 0x18, 0x20, 0x04, 0x0C, 0x30, 0x20,
0x04, 0x06, 0x60, 0x20, 0x44, 0x03, 0xC0, 0x22,
0x44, 0x01, 0x80, 0x22, 0x44, 0x01, 0x80, 0x22,
0x44, 0x01, 0x80, 0x22, 0x44, 0x01, 0x80, 0x22,
0x44, 0x01, 0x80, 0x22, 0x44, 0x01, 0x80, 0x22,
0x66, 0x01, 0x80, 0x66, 0x33, 0x01, 0x80, 0xCC,
0x19, 0x81, 0x81, 0x98, 0x0C, 0xC1, 0x83, 0x30,
0x07, 0xe1, 0x87, 0xe0, 0x03, 0x3f, 0xfc, 0xc0,
0x03, 0x31, 0x8c, 0xc0, 0x03, 0x33, 0xcc, 0xc0,
0x06, 0x64, 0x26, 0x60, 0x0c, 0xcc, 0x33, 0x30,
0x18, 0xcc, 0x33, 0x18, 0x10, 0xc4, 0x23, 0x08,
0x10, 0x63, 0xC6, 0x08, 0x10, 0x30, 0x0c, 0x08,
0x10, 0x18, 0x18, 0x08, 0x10, 0x00, 0x00, 0x08};
GLubyte halftone[] = {
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55,
0xAA, 0xAA, 0xAA, 0xAA, 0x55, 0x55, 0x55, 0x55};

GLubyte S[] = {
0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00,
0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00,
0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00,
0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00,
0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00,
0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00,
0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00,
0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00,
0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00,
0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00,
0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00,
0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00, 0x00,
0xFF, 0xFF, 0x00, 0x00, 0x00, 0x03, 0x00, 0x00,
0x00, 0x03, 0x00, 0x00, 0xFF, 0xFF, 0x00, 0x00,
0xC0, 0x00, 0x00, 0x00, 0xC0, 0x00, 0x00, 0x00,
0xC0, 0x00, 0x00, 0x00, 0xFF, 0xFF, 0x00, 0x00,};

glClear (GL_COLOR_BUFFER_BIT);
glColor3f (1.0, 1.0, 1.0);
/* draw one solid, unstippled rectangle, */
/* then two stippled rectangles */
glRectf (25.0, 25.0, 125.0, 125.0);
glEnable (GL_POLYGON_STIPPLE);
/*
glPolygonStipple (fly);
glRectf (125.0, 25.0, 225.0, 125.0);
glPolygonStipple (halftone);
glRectf (225.0, 25.0, 325.0, 125.0);
*/
glPolygonStipple (S);
glRectf (125.0, 25.0, 225.0, 125.0);

glDisable (GL_POLYGON_STIPPLE);
glFlush ();
}
void init (void)
{
glClearColor (0.0, 0.0, 0.0, 0.0);
glShadeModel (GL_FLAT);
}
void reshape (int w, int h)
{
glViewport (0, 0, (GLsizei) w, (GLsizei) h);
glMatrixMode (GL_PROJECTION);
glLoadIdentity ();
gluOrtho2D (0.0, (GLdouble) w, 0.0, (GLdouble) h);
}
int main(int argc, char** argv)
{
glutInit(&argc, argv);
glutInitDisplayMode (GLUT_SINGLE | GLUT_RGB);
glutInitWindowSize (350, 150);
glutCreateWindow (argv[0]);
init ();
glutDisplayFunc(display);
glutReshapeFunc(reshape);
glutMainLoop();

return 0;
}












PRAKTIKUM 4

#include <windows.h>
#include <stdio.h>
#include <stdlib.h>
#include <string.h>
#include <stdarg.h>
#include <glut.h>
#include <math.h>

void display (void)
{
       glClearColor(1.0,1.0,1.0,0.0);
       glMatrixMode (GL_PROJECTION);
       gluOrtho2D(0.0,300.0,0.0,300.0);
}
void setPixel (GLint xCoordinate, GLint yCoordinate)
{
       glBegin (GL_POINTS);
       glVertex2i (xCoordinate, yCoordinate);
       glEnd();
       glFlush();
}
void lineBres (GLint x0, GLint y0, GLint xEnd, GLint yEnd)
{
       GLint dx = (float) fabs ((float) xEnd - x0);
       GLint dy = (float) fabs ((float) yEnd - y0);
       GLint p = 2 * dy - dx;
       GLint twoDy = 2 * dy;
       GLint twoDyMinusDx = 2 * (dy-dx);
       GLint x,y;
       if (x0 > xEnd){
              x = xEnd;
              y = yEnd;
              xEnd = x;
       }else{
              x = x0;
              y = y0;
       }
       setPixel (x,y);
       while (x<xEnd){
              x++;
              if(p<0)
                     p += twoDy;
              else{
                     y++;
                     p+= twoDyMinusDx;
              }
              setPixel (x, y);
       }
}
void drawMyLine(void)
{
       glClear(GL_COLOR_BUFFER_BIT);
       glColor3f (1.0,0.0,0.0);
       glPointSize(4.0);
       GLint x0 = 50;
       GLint y0 = 50;
       GLint xEnd = 125;
       GLint yEnd = 100;
       lineBres (x0, y0, xEnd, yEnd);

       glColor3f (0.0,1.0,0.0);
       glPointSize(4.0);
       GLint x1 = 75;
       GLint y1 = 50;
       GLint x1End = 125;
       GLint y1End = 150;
       lineBres (x1, y1, x1End, y1End);

       glColor3f (0.0,0.0,1.0);
       glPointSize(4.0);
       GLint x2 = 50;
       GLint y2 = 50;
       GLint x2End = 75;
       GLint y2End = 50;
       lineBres (x2, y2, x2End, y2End);

       }
int main (int argc, char** argv)
{
       glutInit(&argc, argv);
       glutInitDisplayMode (GLUT_SINGLE | GLUT_RGB);
       glutInitWindowSize (400,400);
       glutInitWindowPosition (0,0);
       glutCreateWindow ("Digital Differential Analyzer Algorithm");
       display();
       glutDisplayFunc (drawMyLine);
       glutMainLoop();
       return 0;
}





PRAKTIKUM 5

#include <iostream>
#include <windows.h> 
#include <stdio.h> 
#include <stdlib.h> 
#include <string.h> 
#include <stdarg.h> 
#include <glut.h> 
#include<math.h>
using namespace std;
typedef unsigned char uchar;
// number of line segments
static int num_lines = 20;
static int num_liness = 3;
// callback prototypes
void disp(void);
void keyb(uchar k, int x, int y);
void reshape(int x, int y);

// main

int main(int argc, char **argv){

  glutInit(&argc,argv);
  glutInitDisplayMode(GLUT_RGBA | GLUT_DOUBLE);
  glutInitWindowSize(400,400);
  glutInitWindowPosition(100,100);
  glutCreateWindow("circle.cpp");
  glClearColor(0.0,0.0,0.0,0.0);
  glutDisplayFunc(disp);
  glutKeyboardFunc(keyb);
  glutReshapeFunc(reshape);
  glutMainLoop();
  return 0; }
// disp

void disp(void){
  double angle;
  glClear(GL_COLOR_BUFFER_BIT);
  glBegin(GL_LINE_LOOP);
  glColor3f(1.0,1.0,0.0);
    for(int i =0;i<num_lines;i++)
            {
            angle = i*2*3.14/num_lines;
        glVertex2f(cos(angle),sin(angle));
    }
  glEnd();

  //  glClear(GL_COLOR_BUFFER_BIT);
  glBegin(GL_LINE_LOOP);
  glColor3f(0.0,0.0,1.0);
    for(int i =0;i<3;i++)
            {
         angle = i*2*3.14/3;
       glVertex2f(cos(angle),sin(angle));
    }
  glEnd();

glBegin(GL_LINE_LOOP);
    for(int i =0;i<num_lines;i++){
            glColor3f(0.0,1.0,0.0);
            angle = i*2*3.14/num_lines;
        glVertex2f(cos(angle)/2,sin(angle)/2);
    }
  glEnd();
glBegin(GL_LINE_LOOP);
    for(int i =0;i<4;i++){
            glColor3f(1.0,0.0,0.0);
            angle = i*2*3.14/4;
        glVertex2f(cos(angle)/4,sin(angle)/4);
    }
  glEnd();

glBegin(GL_LINE_LOOP);
    for(int i =0;i<num_lines;i++){
            glColor3f(1.0,0.1,0.0);
            angle = i*2*3.14/num_lines;
        glVertex2f(cos(angle)/4,sin(angle)/4);
    }
  glEnd();
  glutSwapBuffers();
}

// keyb
void keyb(uchar k, int x, int y){
  switch (k){
  case 'q':
    exit(0);
    break;
  case '+':
    if(num_lines < 99){
      num_lines++;
      cout << "Circle consists of " << num_lines << " lines " << endl;
      glutPostRedisplay();
    }
    break;
  case '-':
    if(num_lines >3){
      num_lines--;
      cout << "Circle consists of " << num_lines << " lines " << endl;
      glutPostRedisplay();
    }
    break;   } }

// reshape
void reshape(int x,int y){
  if(x<y)
    glViewport(0,(y-x)/2,x,x);
  else
    glViewport((x-y)/2,0,y,y); }




PRAKTIKUM 6

#include <windows.h> 
#include <stdio.h> 
#include <stdlib.h> 
#include <string.h>
#include <stdarg.h> 
#include <glut.h>
#include <glu.h>
#include <iostream>

float _angle = 45.0f;  //sudut saat melakukan rotasi
//Draws the 3D scene

void mydisplay()  //bentuk objek berupa kotak
{ 
       glClear(GL_COLOR_BUFFER_BIT | GL_DEPTH_BUFFER_BIT);
       glMatrixMode(GL_MODELVIEW);//Switch to setting
       glLoadIdentity();//Reset the camera


       glPushMatrix();//Save the transformations
          //glTranslatef(0.0f, 0.0f, 0.0f);      //mentraslasikan kotak geser sesuai koor
          //glScalef(0.7f, 0.7f, 0.7f);          //merubah ukuran dari objek kotak
          glRotatef(_angle, 0.0f, 0.0f, 1.0f); //diputar sebesar angle
       //bentuk kotak
glBegin(GL_POLYGON); 
       glVertex3f(-0.1f, -0.1f,0.0f); 
       glVertex3f(-0.1f, 0.1f,0.0f); 
       glVertex3f(0.1f, 0.1f,0.0f); 
       glVertex3f(0.1f, -0.1f,0.0f); 
       glEnd();
       //glPopMatrix();//Undo the move to the center of

      

glPushMatrix();//Save the transformations
       glTranslatef(0.0f, 0.4f, 0.0f);      //mentraslasikan kotak geser sesuai koor
          glScalef(0.6f, 0.6f, 0.6f);          //merubah ukuran dari objek kotak
          glRotatef(_angle, 0.0f, 0.0f, -1.0f); //diputar sebesar angle
       //bentuk kotak
       glBegin(GL_POLYGON); 
       glVertex3f(-0.1f, -0.1f,0.0f); 
       glVertex3f(-0.1f, 0.1f,0.0f); 
       glVertex3f(0.1f, 0.1f,0.0f); 
       glVertex3f(0.1f, -0.1f,0.0f); 
       glEnd();
       //glPopMatrix();//Undo the move to the center of
        

       glTranslatef(0.0f, 0.6f, 0.0f);      //mentraslasikan kotak geser sesuai koor
          glScalef(0.5f, 0.5f, 0.5f);          //merubah ukuran dari objek kotak
          glRotatef(_angle, 0.0f, 0.0f, -1.0f); //diputar sebesar angle
          glPushMatrix();//Save the transformations
       //bentuk kotak
       glBegin(GL_POLYGON); 
       glVertex3f(-0.1f, -0.1f,0.0f); 
       glVertex3f(-0.1f, 0.1f,0.0f); 
       glVertex3f(0.1f, 0.1f,0.0f); 
       glVertex3f(0.1f, -0.1f,0.0f); 
       glEnd();



       glPopMatrix();//Undo the move to the center of
       glutSwapBuffers();//Send the 3D scene to the
       glFlush(); 
}

void update(int value) { //bantuan dari glrotate
       _angle += 9.0f;
       if (_angle > 360) {
              _angle -= 360;
       }
      
       glutPostRedisplay();
       glutTimerFunc(35, update, 0);//25:ukuran milisecond
}
    
int main(int argc, char** argv) 
{ 
glutInitWindowSize(400, 400);
printf("Contoh Sederhana Kotak "); 
glutCreateWindow("Praktikum06");
glutDisplayFunc(mydisplay);
glutTimerFunc(35, update, 0);
glutMainLoop(); 
return 0;
}







                                                                      

PRAKTIKUM 7

#include<windows.h>
#include<stdio.h>
#include<stdlib.h>
#include<string.h>
#include<stdarg.h>
#include<glut.h>
#include<glu.h>

void init(void)
{
   glClearColor (0.0, 0.0, 0.0, 0.0);
   glShadeModel (GL_FLAT);
}
void display(void)
{
   glClear (GL_COLOR_BUFFER_BIT);
   glColor3f (1.0, 1.0, 1.0);
   glLoadIdentity ();/* clear the matrix */
/* viewing transformation  */
gluLookAt (0.5, 2.0, 5.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 1.0, 0.0);
   glScalef (1.0, 1.0, 1.0);      /* modeling transformation 1*/
   glutWireCube(0.5);


   glTranslatef(-1.0,0.0,0.0);      /* modeling transformation 2*/
   glutWireCube(0.5);

   glTranslatef(2.0,0.0,0.0);      /* modeling transformation 3*/
   glutWireCube(0.5);
                                                     /* modeling transformation */
   glTranslatef(0.0,0.0,1.0);
   glutWireCube(0.5);

   glTranslatef(-2.0,0.0,0.0);      /* modeling transformation */
   glutWireCube(0.5);

    glTranslatef(1.0,0.0,0.0);      /* modeling transformation */
   glutWireCube(0.5);

   glColor3f(0.0,0.0,1.0);
   glTranslatef(0.5,0.5,-0.5);      /* modeling transformation */
   glutWireCube(0.5);

      glColor3f(1.0,0.0,0.0);
   glTranslatef(-1.0,0.0,0.0);      /* modeling transformation */
   glutWireCube(0.5);

    glColor3f(1.0,1.0,1.0);
   glTranslatef(0.5,0.5,0.0);      /* modeling transformation */
   glutWireCube(0.5);

   glFlush ();
}
void reshape (int w, int h)
{
   glViewport (0, 0, (GLsizei) w, (GLsizei) h);
   glMatrixMode (GL_PROJECTION);
   glLoadIdentity ();
   glFrustum (-1.0, 1.0, -1.0, 1.0, 2.0, 20.0);
   glMatrixMode (GL_MODELVIEW);
}
int main(int argc, char** argv)
{
   glutInit(&argc, argv);
   glutInitDisplayMode (GLUT_SINGLE | GLUT_RGB);
   glutInitWindowSize (500, 500);
   //glutInitWindowPosition (100, 100);
   glutCreateWindow (argv[0]);
   init ();
   glutDisplayFunc(display);
   glutReshapeFunc(reshape);
   glutMainLoop();
   return 0;
}






PRAKTIKUM 8

#include <windows.h> 
#include <stdio.h> 
#include <stdlib.h> 
#include <string.h>
#include <stdarg.h> 
#include <glut.h>
#include <glu.h>


float _angle = 45.0f;

void initRendering() {
       glEnable(GL_DEPTH_TEST);
       glEnable(GL_COLOR_MATERIAL);
       glEnable(GL_LIGHTING);
       glEnable(GL_LIGHT0);
       glShadeModel(GL_SMOOTH);
}

void handleResize(int w, int h) {
       glViewport(0, 0, w, h);
       glMatrixMode(GL_PROJECTION);
       glLoadIdentity();
       gluPerspective(45.0, (double)w / (double)h,7.0, 100.0); //sdt pandang
       glMatrixMode (GL_MODELVIEW);
}

void drawScene() {
       glClear(GL_COLOR_BUFFER_BIT | GL_DEPTH_BUFFER_BIT);
       glMatrixMode(GL_MODELVIEW);
       glLoadIdentity();

       glTranslatef(0.0f, 0.0f, -8.0f);//pindah posisi xyz

       GLfloat ambientColor[] = {0.0f, 0.0f, 0.0f, 1.0f};
       glLightModelfv(GL_LIGHT_MODEL_AMBIENT, ambientColor);

       GLfloat lightColor0[] = {0.0f, 1.0f, 1.0f, 2.0f};
       GLfloat lightPos0[] = {3.0f, 10.0f, 2.0f, 4.0f}; //

       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor0);
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_POSITION, lightPos0);

       gluLookAt (2.0, 4.0, 5.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 1.0, 0.0);
       //glScalef (2.0, 2.0, 2.0);  
       glTranslatef(0.0, 0.0,0.0);
       glutSolidCube(1.0);
//
       glTranslatef(1.0f, 0.0f, 0.0f);//pindah posisi xyz
       GLfloat lightColor1[] = {0.0f, 1.0f, 1.0f, 2.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor1);
       glutSolidCube(1.0);

       glTranslatef(1.0f, 0.0f, 0.0f);//pindah posisi xyz
       GLfloat lightColor2[] = {0.0f, 1.0f, 1.0f, 2.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor2);
       glutSolidCube(1.0);
//
       glTranslatef(0.0f, -1.0f, 0.0f);//pindah posisi xyz
       GLfloat lightColor3[] = {1.0f, 1.0f, 0.0f, 2.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor3);
       glutSolidCube(1.0);

       glTranslatef(0.0f, -1.0f, 0.0f);//pindah posisi xyz
       GLfloat lightColor4[] = {1.0f, 1.0f, 0.0f, 2.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor4);
       glutSolidCube(1.0);

      
       glTranslatef(0.0f, -1.0f, 0.0f);//pindah posisi xyz
       GLfloat lightColor5[] = {1.0f, 1.0f, 0.0f, 2.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor5);
       glutSolidCube(1.0);

       glTranslatef(-2.0f, 0.0f, 0.0f);//pindah posisi xyz
       GLfloat lightColor6[] = {0.0f, 0.0f, 2.0f, 2.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor6);
       glutSolidCube(1.0);

       glTranslatef(-1.0f, 0.0f, 0.0f);//pindah posisi xyz
       GLfloat lightColor7[] = {0.0f, 0.0f, 2.0f, 2.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor7);
       glutSolidCube(1.0);

       glTranslatef(-1.0f, 0.0f, 0.0f);//pindah posisi xyz
       GLfloat lightColor8[] = {0.0f, 0.0f, 2.0f, 2.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor8);
       glutSolidCube(1.0);

       glTranslatef(0.0f, 1.0f, 0.0f);//pindah posisi xyz
       GLfloat lightColor9[] = {0.0f, 1.0f, 0.0f, 0.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor9);
       glutSolidCube(1.0);

       glTranslatef(0.0f, 1.0f, 0.0f);//pindah posisi xyz
       GLfloat lightColor10[] = {0.0f, 1.0f, 0.0f, 0.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor10);
       glutSolidCube(1.0);

       glTranslatef(0.0f, 1.0f, 0.0f);//pindah posisi xyz
       GLfloat lightColor11[] = {0.0f, 1.0f, 0.0f, 0.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor11);
       glutSolidCube(1.0);

       glTranslatef(0.0f, 2.0f, 0.0f);//pindah posisi xyz
      
glRotatef(_angle, 0.0f, 1.0f, 0.0f);
       GLfloat lightColor12[] = {1.0f, 0.0f, 0.0f, 2.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor12);
       glutSolidCube(1.0);


       glFlush ();
       glEnd();
      
       glutSwapBuffers();
      
}

void update(int value) {
       _angle += 9.0f;
       if (_angle > 360) {
              _angle -= 360;
       }
      
       glutPostRedisplay();
       glutTimerFunc(25, update, 0);
}
    


int main(int argc, char** argv) {
       glutInit(&argc, argv);
       glutInitDisplayMode(GLUT_DOUBLE | GLUT_RGB | GLUT_DEPTH);
       glutInitWindowSize(400, 400);
       glutCreateWindow("praktikum_8");
       initRendering();
       glutDisplayFunc(drawScene);
       glutReshapeFunc(handleResize);   
glutTimerFunc(25, update, 0);    
       glutMainLoop();
       return 0;
}












PRAKTIKUM 9

#include <windows.h>
#include <stdio.h>
#include <stdlib.h>
#include <string.h>
#include <stdarg.h>
#include <glut.h>
#include <glu.h>



void initRendering() {
glEnable(GL_DEPTH_TEST);
glEnable(GL_COLOR_MATERIAL);
glEnable(GL_LIGHTING);
glEnable(GL_LIGHT0);
glEnable(GL_LIGHT1);
glEnable(GL_NORMALIZE);
glShadeModel(GL_SMOOTH);
}

void handleResize(int w, int h) {
glViewport(0, 0, w, h);
glMatrixMode(GL_PROJECTION);
glLoadIdentity();
gluPerspective(45.0, (double)w / (double)h, 1.0, 200.0);
}

float _angle = 60.0f;

void drawScene() {
glClear(GL_COLOR_BUFFER_BIT | GL_DEPTH_BUFFER_BIT);
glMatrixMode(GL_MODELVIEW);
glLoadIdentity();
glTranslatef(0.0f, 0.0f, -8.0f);

GLfloat ambientColor[] = {0.2f, 0.2f, 0.2f, 1.0f};
glLightModelfv(GL_LIGHT_MODEL_AMBIENT, ambientColor);

GLfloat lightColor0[] = {0.5f, 0.5f, 0.5f, 1.0f};
GLfloat lightPos0[] = {4.0f, 0.0f, 8.0f, 1.0f};
glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor0);
glLightfv(GL_LIGHT0, GL_POSITION, lightPos0);

//radius
GLfloat lightColor1[] = {0.5f, 0.2f, 0.2f, 1.0f};
GLfloat lightPos1[] = {-1.0f, 0.5f, 0.5f, 0.0f};
glLightfv(GL_LIGHT1, GL_DIFFUSE, lightColor1);
glLightfv(GL_LIGHT1, GL_POSITION, lightPos1);

glRotatef(_angle, 1.5f, 1.0f, 2.0f);

glBegin(GL_QUADS);

glColor3f(0.0f, 1.0f, 0.0f); //green
    glVertex3f(0, 3, 0);
glVertex3f(1, 0, -1);
glVertex3f(1, 0, 1);
glVertex3f(0, 3, 0);

glColor3f(0.0f, 0.0f, 1.0f); //blue
    glVertex3f(0, 3, 0);
glVertex3f(1, 0, 1);
glVertex3f(-1, 0, 1);
glVertex3f(0, 3, 0);

glColor3f(1.0f, 0.0f, 0.0f); //red
    glVertex3f(0, 3, 0);
glVertex3f(1, 0, -1);
glVertex3f(-1, 0, -1);
glVertex3f(0, 3, 0);

glColor3f(1.0f, 1.0f, 0.0f); //yellow
    glVertex3f(0, 3, 0);
glVertex3f(-1, 0, -1);
glVertex3f(-1, 0, 1);
glVertex3f(0, 3, 0);

glColor3f(1.0f, 1.0f, 1.0f); //alas
    glVertex3f(-1, 0, -1);
glVertex3f(-1, 0, 1);
glVertex3f(1, 0, 1);
glVertex3f(1, 0, -1);

  glEnd();
glutSwapBuffers();
}

void update(int value) {
_angle += 1.5f;
if (_angle > 360) {
_angle -= 360;
}

glutPostRedisplay();
glutTimerFunc(25, update, 0);
}

int main(int argc, char** argv) {
glutInit(&argc, argv);
glutInitDisplayMode(GLUT_DOUBLE | GLUT_RGB | GLUT_DEPTH);
glutInitWindowSize(400, 400);
glutCreateWindow("Lighting - videotutorialsrock.com");
initRendering();
glutDisplayFunc(drawScene);
glutReshapeFunc(handleResize);
glutTimerFunc(25, update, 0);

glutMainLoop();
return 0;
}









PRAKTIKUM 10
main

#include <windows.h> 
#include <iostream>
#include <stdlib.h>
#include <stdio.h> 
#include <string.h>
#include <stdarg.h> 
#include <glut.h>
#include <glu.h>
#include "imageloader.h"
using namespace std;

Image::Image(char* ps, int w, int h) : pixels(ps), width(w), height(h) {
      
}

Image::~Image() {
       delete[] pixels;
}

namespace {
       //Converts a four-character array to an integer, using little-endian form
       int toInt(const char* bytes) {
              return (int)(((unsigned char)bytes[3] << 24) |
                                   ((unsigned char)bytes[2] << 16) |
                                   ((unsigned char)bytes[1] << 8) |
                                   (unsigned char)bytes[0]);
       }
      
       //Converts a two-character array to a short, using little-endian form
       short toShort(const char* bytes) {
              return (short)(((unsigned char)bytes[1] << 8) |
                                     (unsigned char)bytes[0]);
       }
      
       //Reads the next four bytes as an integer, using little-endian form
       int readInt(ifstream &input) {
              char buffer[4];
              input.read(buffer, 4);
              return toInt(buffer);
       }
      
       //Reads the next two bytes as a short, using little-endian form
       short readShort(ifstream &input) {
              char buffer[2];
              input.read(buffer, 2);
              return toShort(buffer);
       }
      
       //Just like auto_ptr, but for arrays
       template<class T>
       class auto_array {
              private:
                     T* array;
                     mutable bool isReleased;
              public:
                     explicit auto_array(T* array_ = NULL) :
                           array(array_), isReleased(false) {
                     }
                    
                     auto_array(const auto_array<T> &aarray) {
                           array = aarray.array;
                           isReleased = aarray.isReleased;
                           aarray.isReleased = true;
                     }
                    
                     ~auto_array() {
                           if (!isReleased && array != NULL) {
                                  delete[] array;
                           }
                     }
                    
                     T* get() const {
                           return array;
                     }
                    
                     T &operator*() const {
                           return *array;
                     }
                    
                     void operator=(const auto_array<T> &aarray) {
                           if (!isReleased && array != NULL) {
                                  delete[] array;
                           }
                           array = aarray.array;
                           isReleased = aarray.isReleased;
                           aarray.isReleased = true;
                     }
                    
                     T* operator->() const {
                           return array;
                     }
                    
                     T* release() {
                           isReleased = true;
                           return array;
                     }
                    
                     void reset(T* array_ = NULL) {
                           if (!isReleased && array != NULL) {
                                  delete[] array;
                           }
                           array = array_;
                     }
                    
                     T* operator+(int i) {
                           return array + i;
                     }
                    
                     T &operator[](int i) {
                           return array[i];
                     }
       };
}

Image* loadBMP(const char* filename) {
       ifstream input;
       input.open(filename, ifstream::binary);
       assert(!input.fail() || !"Could not find file");
       char buffer[2];
       input.read(buffer, 2);
       assert(buffer[0] == 'B' && buffer[1] == 'M' || !"Not a bitmap file");
       input.ignore(8);
       int dataOffset = readInt(input);
      
       //Read the header
       int headerSize = readInt(input);
       int width;
       int height;
       switch(headerSize) {
              case 40:
                     //V3
                     width = readInt(input);
                     height = readInt(input);
                     input.ignore(2);
                     assert(readShort(input) == 24 || !"Image is not 24 bits per pixel");
                     assert(readShort(input) == 0 || !"Image is compressed");
                     break;
              case 12:
                     //OS/2 V1
                     width = readShort(input);
                     height = readShort(input);
                     input.ignore(2);
                     assert(readShort(input) == 24 || !"Image is not 24 bits per pixel");
                     break;
              case 64:
                     //OS/2 V2
                     assert(!"Can't load OS/2 V2 bitmaps");
                     break;
              case 108:
                     //Windows V4
                     assert(!"Can't load Windows V4 bitmaps");
                     break;
              case 124:
                     //Windows V5
                     assert(!"Can't load Windows V5 bitmaps");
                     break;
              default:
                     assert(!"Unknown bitmap format");
       }
      
       //Read the data
       int bytesPerRow = ((width * 3 + 3) / 4) * 4 - (width * 3 % 4);
       int size = bytesPerRow * height;
       auto_array<char> pixels(new char[size]);
       input.seekg(dataOffset, ios_base::beg);
       input.read(pixels.get(), size);
      
       //Get the data into the right format
       auto_array<char> pixels2(new char[width * height * 3]);
       for(int y = 0; y < height; y++) {
              for(int x = 0; x < width; x++) {
                     for(int c = 0; c < 3; c++) {
                           pixels2[3 * (width * y + x) + c] =
                                  pixels[bytesPerRow * y + 3 * x + (2 - c)];
                     }
              }
       }
      
       input.close();
       return new Image(pixels2.release(), width, height);
}


GLuint loadTexture(Image* image) {
       GLuint textureId;
       glGenTextures(1, &textureId); //Make room for our texture
       glBindTexture(GL_TEXTURE_2D, textureId); //Tell OpenGL which texture to edit
       //Map the image to the texture
       glTexImage2D(GL_TEXTURE_2D,                //Always GL_TEXTURE_2D
                            0,                            //0 for now
                            GL_RGB,                       //Format OpenGL uses for image
                            image->width, image->height,  //Width and height
                            0,                            //The border of the image
                            GL_RGB, //GL_RGB, because pixels are stored in RGB format
                            GL_UNSIGNED_BYTE, //GL_UNSIGNED_BYTE, because pixels are stored
                                              //as unsigned numbers
                            image->pixels);               //The actual pixel data
       return textureId; //Returns the id of the texture
}

GLuint _textureId; //The id of the texture


void initRendering() {
       glEnable(GL_DEPTH_TEST);
       glEnable(GL_COLOR_MATERIAL);
       glEnable(GL_LIGHTING);
       glEnable(GL_LIGHT0);
       glEnable(GL_LIGHT1);
       glEnable(GL_NORMALIZE);
       glShadeModel(GL_SMOOTH);

       Image* image = loadBMP("mu.bmp");
       _textureId = loadTexture(image);
       delete image;
}

void handleResize(int w, int h) {
       glViewport(0, 0, w, h);
       glMatrixMode(GL_PROJECTION);
       glLoadIdentity();
       gluPerspective(45.0, (double)w / (double)h, 1.0, 200.0);
}

float _angle = 60.0f;

void drawScene() {
       glClear(GL_COLOR_BUFFER_BIT | GL_DEPTH_BUFFER_BIT);
       glMatrixMode(GL_MODELVIEW);
       glLoadIdentity();
       glTranslatef(0.0f, 0.0f, -8.0f);

       GLfloat ambientColor[] = {0.2f, 0.2f, 0.2f, 1.0f};
       glLightModelfv(GL_LIGHT_MODEL_AMBIENT, ambientColor);

       GLfloat lightColor0[] = {0.5f, 0.5f, 0.5f, 1.0f};
       GLfloat lightPos0[] = {4.0f, 0.0f, 8.0f, 1.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_DIFFUSE, lightColor0);
       glLightfv(GL_LIGHT0, GL_POSITION, lightPos0);
//radius
       GLfloat lightColor1[] = {0.5f, 0.2f, 0.2f, 1.0f};

       GLfloat lightPos1[] = {-1.0f, 0.5f, 0.5f, 0.0f};
       glLightfv(GL_LIGHT1, GL_DIFFUSE, lightColor1);
       glLightfv(GL_LIGHT1, GL_POSITION, lightPos1);

glEnable(GL_TEXTURE_2D);
       glBindTexture(GL_TEXTURE_2D, _textureId);
       glTexParameteri(GL_TEXTURE_2D, GL_TEXTURE_MIN_FILTER, GL_NEAREST);
       glTexParameteri(GL_TEXTURE_2D, GL_TEXTURE_MAG_FILTER, GL_NEAREST);

       glRotatef(_angle, 0.0f, 1.0f, 0.0f);
       glColor3f(1.0f, 1.0f, 0.0f);
       //glScalef(1.0f, 1.5f, 1.0f);
       glBegin(GL_QUADS);
      
       //Front

       glNormal3f(0.1f, 0.0f, 1.0f);
       //glNormal3f(-1.0f, 0.0f, 1.0f);
       glTexCoord2f(0.0f, 0.0f);
       glVertex3f(-1.5f, -1.0f, 1.5f);
       glNormal3f(1.0f, 0.0f, 1.0f);
       glTexCoord2f(1.0f, 0.0f);
       glVertex3f(1.5f, -1.0f, 1.5f);
       glNormal3f(1.0f, 0.0f, 1.0f);
       glTexCoord2f(1.0f, 1.0f);
       glVertex3f(1.5f, 1.0f, 1.5f);
       glNormal3f(-1.0f, 0.0f, 1.0f);
       glTexCoord2f(0.0f, 1.0f);
       glVertex3f(-1.5f, 1.0f, 1.5f);
      
       //Right
       glColor3f(0.0f, 1.0f, 2.0f);
       glNormal3f(1.0f, 0.0f, 0.0f);
       //glNormal3f(1.0f, 0.0f, -1.0f);
       glTexCoord2f(0.0f, 0.0f);
       glVertex3f(1.5f, -1.0f, -1.5f);
       glNormal3f(1.0f, 0.0f, -1.0f);
       //glTexCoord2f(1.0f, 0.0f);
       glVertex3f(1.5f, 1.0f, -1.5f);
       glNormal3f(1.0f, 0.0f, 1.0f);
       glVertex3f(1.5f, 1.0f, 1.5f);
       //glTexCoord2f(1.0f, 1.0f);
       glNormal3f(1.0f, 0.0f, 1.0f);
       //glTexCoord2f(0.0f, 1.0f);
       glVertex3f(1.5f, -1.0f, 1.5f);
      
       //Back
       glColor3f(0.0f, 1.0f, 1.0f);
       glNormal3f(0.0f, 0.0f, -1.0f);
       //glNormal3f(-1.0f, 0.0f, -1.0f);
       glVertex3f(-1.5f, -1.0f, -1.5f);
       glNormal3f(-1.0f, 0.0f, -1.0f);
       glVertex3f(-1.5f, 1.0f, -1.5f);
       glNormal3f(1.0f, 0.0f, -1.0f);
       glVertex3f(1.5f, 1.0f, -1.5f);
       glNormal3f(1.0f, 0.0f, -1.0f);
       glVertex3f(1.5f, -1.0f, -1.5f);
      
       //Left
       glColor3f(1.0f, 1.0f, 1.0f);
       glNormal3f(-1.0f, 0.0f, 0.0f);
       //glNormal3f(-1.0f, 0.0f, -1.0f);
       glVertex3f(-1.5f, -1.0f, -1.5f);
       glNormal3f(-1.0f, 0.0f, 1.0f);
       glVertex3f(-1.5f, -1.0f, 1.5f);
       glNormal3f(-1.0f, 0.0f, 1.0f);
       glVertex3f(-1.5f, 1.0f, 1.5f);
       glNormal3f(-1.0f, 0.0f, -1.0f);
       glVertex3f(-1.5f, 1.0f, -1.5f);
       glEnd();
       glDisable(GL_TEXTURE_2D);
      
       glutSwapBuffers();
}

void update(int value) {
       _angle += 1.5f;
       if (_angle > 360) {
              _angle -= 360;
       }
      
       glutPostRedisplay();
       glutTimerFunc(25, update, 0);
}

int main(int argc, char** argv) {
       glutInit(&argc, argv);
       glutInitDisplayMode(GLUT_DOUBLE | GLUT_RGB | GLUT_DEPTH);
       glutInitWindowSize(400, 400);
       glutCreateWindow("Lighting");
       initRendering();
       glutDisplayFunc(drawScene);
       glutReshapeFunc(handleResize);   
       glutTimerFunc(25, update, 0);
      
       glutMainLoop();
       return 0;
}


header


#ifndef IMAGE_LOADER_H_INCLUDED
#define IMAGE_LOADER_H_INCLUDED

//Represents an image
class Image {
      public:
            Image(char* ps, int w, int h);
            ~Image();
           
            /* An array of the form (R1, G1, B1, R2, G2, B2, ...) indicating the
             * color of each pixel in image.  Color components range from 0 to 255.
             * The array starts the bottom-left pixel, then moves right to the end
             * of the row, then moves up to the next column, and so on.  This is the
             * format in which OpenGL likes images.
             */
            char* pixels;
            int width;
            int height;
};

//Reads a bitmap image from file.
Image* loadBMP(const char* filename);

#endif




Posted on 22:58 by yusufruli

No comments